Media
sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan meciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,
forum dan dunia virtual. Dan Facebook adalah salah satu contoh media sosial
terbesar dengan jumlah pengguna di seluruh dunia mencapai 2,4 miliar. Tapi
bagaimana jadinya jika data pengguna sosmed tersebut bocor dan digunakan untuk
kepentingan pridadi atau kelompok? Kita akan membahas salah satu contoh kasus
bocornya data Facebook yang mempengaruhi kemenangan Donald Trump di Pilpres AS
tahun 2016.
Pada
tahun 2015 Mark Zuckerberg menyatakan sudah mengetahui tentang adanya kebocoran
data Facebook. Bagaimana bisa bocor? Untuk penelitian perusahaan – perusahaan teknologi
akan membuka akses, dan beberapa tahun sebelumnya seorang profesor dari
Cambridge University United Kingdom mendapatkan akses untuk masuk ke 50 juta
data pengguna Facebook. Dan kemudian setelah memiliki akses, profesor tersebut
membocorkannya kepada Cambrigde Analytica.
Cambridge
Analytica sendiri adalah tim sukses Donald Trump dalam Pilpres AS tahun 2016.
Lalu digunakan untuk apa datanya? Kalau anda sering mengakses Facebook, pasti
anda akan sering melihat iklan – iklan yang muncul. Dan iklan – iklan yang
muncul tersebut adalah berdasarkan data – data anda, mereka tahu makanan
favorit anda, topik berita kesukaan anda, tim sepakbola jagoan anda. Mereka
akan menggiring opini anda, mereka akan menawarkan iklan yang pasti akan anda
klik. Inilah the power of data, yang bisa berbahaya jika digunakan oleh orang
yang salah.
Data
dari 50 juta pengguna Facebook tersebutlah yang digunakan untuk menggelontorkan
kampanye - kampanye Trump. Yang
menggiring opini para pembaca untuk memilih Donald Trump dalam Pilpres AS 2016.
Dan hal tersebut diduga menjadi salah satu kunci kemenangan Trump, setelah
sebelumnya diduga bahwa Rusia juga ikut andil dalam kemenangan Trump. Rusia
diduga menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk membantu iklan – iklan kampanye
tersebut. Dan kemenangan Trump ini disebut kemenangan yang curang.
Dan
sekarang Cambridge Analytica sudah disuspend oleh Zuckerberg, karena disebutkan
mereka akan melakukan review internal. Yang dihadapi Mark Zuckerberg tidak main
– main. Karena ada 2 regulator pemerintah sekaligus yang akan mengusut bocornya
data 50 juta pengguna Facebook, yaitu Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini akan
menimbulkan gejolak politik yang baru. Bola api ada di tangan Mark Zuckerberg
saat ini, sekali saja terlepas maka akan sangat bahaya karena bisa
disalahgunakan.
Jangan
main – main dengan data Facebook, khususnya untuk kita. Karena apa yang terjadi
dengan kasus bocornya data Facebook ini bukan tidak mungkin akan menjadi inspirasi
di setiap pemilihan presiden di setiap negara. Caranya sangat gampang, jadi
data yang ingin dimenangkan tinggal keputusan teknologi saja. Jadi betapa
bahayanya jika kebocoran data tersebut terjadi di negara lain, termasuk
Indonesia. Sehingga perlindungan data konsumen harus benar – benar diperhatikan,
dan sebaiknya pemerintah membuat regulasi yang kuat tentang perlindungan data
konsumen. Karena data bisa menjadi sangat berbahaya jika dipegang oleh orang
yang salah.