Jumat, 20 Desember 2019

Kebocoran Data Facebook dan Kemenangan Trump dalam Pilpres AS 2016

                Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan meciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Dan Facebook adalah salah satu contoh media sosial terbesar dengan jumlah pengguna di seluruh dunia mencapai 2,4 miliar. Tapi bagaimana jadinya jika data pengguna sosmed tersebut bocor dan digunakan untuk kepentingan pridadi atau kelompok? Kita akan membahas salah satu contoh kasus bocornya data Facebook yang mempengaruhi kemenangan Donald Trump di Pilpres AS tahun 2016.
                Pada tahun 2015 Mark Zuckerberg menyatakan sudah mengetahui tentang adanya kebocoran data Facebook. Bagaimana bisa bocor? Untuk penelitian perusahaan – perusahaan teknologi akan membuka akses, dan beberapa tahun sebelumnya seorang profesor dari Cambridge University United Kingdom mendapatkan akses untuk masuk ke 50 juta data pengguna Facebook. Dan kemudian setelah memiliki akses, profesor tersebut membocorkannya kepada Cambrigde Analytica.
                Cambridge Analytica sendiri adalah tim sukses Donald Trump dalam Pilpres AS tahun 2016. Lalu digunakan untuk apa datanya? Kalau anda sering mengakses Facebook, pasti anda akan sering melihat iklan – iklan yang muncul. Dan iklan – iklan yang muncul tersebut adalah berdasarkan data – data anda, mereka tahu makanan favorit anda, topik berita kesukaan anda, tim sepakbola jagoan anda. Mereka akan menggiring opini anda, mereka akan menawarkan iklan yang pasti akan anda klik. Inilah the power of data, yang bisa berbahaya jika digunakan oleh orang yang salah.
                Data dari 50 juta pengguna Facebook tersebutlah yang digunakan untuk menggelontorkan kampanye -  kampanye Trump. Yang menggiring opini para pembaca untuk memilih Donald Trump dalam Pilpres AS 2016. Dan hal tersebut diduga menjadi salah satu kunci kemenangan Trump, setelah sebelumnya diduga bahwa Rusia juga ikut andil dalam kemenangan Trump. Rusia diduga menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk membantu iklan – iklan kampanye tersebut. Dan kemenangan Trump ini disebut kemenangan yang curang.
                Dan sekarang Cambridge Analytica sudah disuspend oleh Zuckerberg, karena disebutkan mereka akan melakukan review internal. Yang dihadapi Mark Zuckerberg tidak main – main. Karena ada 2 regulator pemerintah sekaligus yang akan mengusut bocornya data 50 juta pengguna Facebook, yaitu Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini akan menimbulkan gejolak politik yang baru. Bola api ada di tangan Mark Zuckerberg saat ini, sekali saja terlepas maka akan sangat bahaya karena bisa disalahgunakan.
                Jangan main – main dengan data Facebook, khususnya untuk kita. Karena apa yang terjadi dengan kasus bocornya data Facebook ini bukan tidak mungkin akan menjadi inspirasi di setiap pemilihan presiden di setiap negara. Caranya sangat gampang, jadi data yang ingin dimenangkan tinggal keputusan teknologi saja. Jadi betapa bahayanya jika kebocoran data tersebut terjadi di negara lain, termasuk Indonesia. Sehingga perlindungan data konsumen harus benar – benar diperhatikan, dan sebaiknya pemerintah membuat regulasi yang kuat tentang perlindungan data konsumen. Karena data bisa menjadi sangat berbahaya jika dipegang oleh orang yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar